Tak
pernah terbayangkan oleh Reza Nurhilman jika perkenalannya dengan
seorang nenek tiga tahun lalu menjadi awal kesuksesannya berbisnis. Sekitar
2008, Reza diajak oleh seorang temannya ke daerah Cimahi dan mencicipi
keripik buatan seorang nenek yang enggan ia sebutkan namanya. Saat
itu bungsu dari tiga bersaudara ini masih bekerja serabutan. Sesekali
ia mengikuti pelatihan motivasi sumber daya manusia. Ia belum terpikir
akan menggeluti bisnis itu. Baru pada Juni tahun 2009, Axl kembali
mengunjungi rumah nenek itu. Ia melihat si nenek hanya membuat keripik
pada saat-saat tertentu dan pemasarannya amat terbatas. Terlintas dalam
pikirannya untuk membangun usaha menjual keripik.
Dengan
bermodal Rp 15 juta, Axl mulai memproduksi keripik yang diberi merek
Maicih sebanyak 50 bungkus per hari. Ia membuat perbedaan tingkat
kepedasan dari level 1 hingga level 10. Axl memasarkan keripiknya dengan memberikan sampel ke teman dan saudaranya, Axl pun memanfaatkan facebook dan twitter untuk memasarkannya. Nama
Maicih ini mengundang rasa penasaran konsumen karena terdengar nyeleneh. Dalam
menjalankan usahanya, Axl menerapkan prinsip totalitas, loyalitas, dan
sinergi. Ia berharap kepercayaan pelanggan terjaga dan kekompakan tim
pemasaran tetap berlangsung.
Pada November tahun 2010, keripik Maicih tidak diproduksi akibat kurangnya alat penggorengan yang masih memakai tungku. Pelanggan makin banyak tapi kapasitas penggorengan kurang, maka selama sebulan ia harus memperbaiki tungku itu. Dan saat ini dalam sehari ia bisa memproduksi 2.000 bungkus. Ia berencana akan menambah jumlah produksi mencapai 10 ribu bungkus per hari. Axl, yang berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu, tak menyangka usahanya bakal sesukses ini. Saat ini omzet penjualan keripik Maicih dalam sehari mencapai Rp 22 juta dan dalam sebulan bisa mencapai 7 milyar. Harga keripik dibanderol antara Rp 11 ribu dan Rp 15 ribu untuk luar Bandung.
Kesuksesan yg kini dirasakal Axl adalah berkat perjuangannya, kegigihannya, dan keyakian akan usahanya, serta pantang menyerah atas segalanya dan sehingga membuahkan keberhasilan.
Pada November tahun 2010, keripik Maicih tidak diproduksi akibat kurangnya alat penggorengan yang masih memakai tungku. Pelanggan makin banyak tapi kapasitas penggorengan kurang, maka selama sebulan ia harus memperbaiki tungku itu. Dan saat ini dalam sehari ia bisa memproduksi 2.000 bungkus. Ia berencana akan menambah jumlah produksi mencapai 10 ribu bungkus per hari. Axl, yang berasal dari keluarga ekonomi kurang mampu, tak menyangka usahanya bakal sesukses ini. Saat ini omzet penjualan keripik Maicih dalam sehari mencapai Rp 22 juta dan dalam sebulan bisa mencapai 7 milyar. Harga keripik dibanderol antara Rp 11 ribu dan Rp 15 ribu untuk luar Bandung.
Kesuksesan yg kini dirasakal Axl adalah berkat perjuangannya, kegigihannya, dan keyakian akan usahanya, serta pantang menyerah atas segalanya dan sehingga membuahkan keberhasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar